KKN-IK TAHUN 2021 DI DESA MINTORAHAYU MELAKUKAN WAWANCARA KEPADA TOKOH DESA GUNA MEMBAHAS SEJARAH DESA MINTORAHAYU

  • Sep 23, 2021
  • mintorahayu-winong

Sejarah desa merupakan awal mula terbentuknya desa, KKN-IK telah melakukan wawancara pada tokoh desa Mintorahayu untuk membahas mengenai sejarah desa. Tokoh yang diwawancarai yaitu mbah Munawan (90), selaku tokoh desa Mintorahayu. Berikut hasil wawancara dari tokoh desa Mintorahayu. Awal mula berdirinya desa mintorahayu yaitu karena dahulu pernah terjadi pagebluk di desa mintorahayu, sehingga sesepuh dari desa mintorahayu meminta keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar desa yang ditempati selalu dilindungi dari bahaya. Mintorahayu berasal dari dua kata yaitu “minto” dan “rahayu”, arti kata minto yaitu meminta atau njaluk sedangkan rahayu berarti makmur atau sejahtera. Desa mintorahayu terdiri dari tiga dukuh, yaitu antara lain dukuh ronggo, dukuh lamban, dan dukuh jumput. Desa mintorahayu memiliki 12 Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun warga (RW). Penamaan dukuh ronggo terjadi karena adanya peperangan antara Joko Sungging dengan Banteng Suro. Joko Sungging memiliki kendaraan atau tunggangan yang bernama turonggo. Saat peperangan, turonggo yang merupakan tunggangan Joko Sungging mati karena dicambuk dengan pecut Banteng Suro. Turonggo mati di daerah yang saat ini menjadi dukuh ronggo, dalam bahasa jawa hewan yang mati biasanya disebut batang. Sehingga daerah yang menjadi tempat kematian dari turonggo tersebut disebut ronggo batang, karena penamaan batang dianggap kurang etis, jadi penamaannya menjadi dukuh ronggo. Setelah menjadi dukuh ronggo, masyarakat memilih mbah Sureni sebagai ketua dusun, karena bisa mengobati orang dan dianggap sebagai orang yang pandai. Setelah kematian turonggo, Joko Sungging ingin membalas dendam kepada Banteng Suro karena kematian turonggo. Banteng Suro lari sampai ke pinggiran desa Soko, dan Joko Sungging mengejarnya sampai menemukan Banteng Suro. Meninggalnya Banteng Suro karena badannya diberik atau diseruduk Joko Sungging hingga menyebabkan Banteng Suro terlempar dan menyebabkan kematian ditempat tersebut. Meninggalnya Banteng Suro di tempat tersebut membuat tempat tersebut diberi nama Banteng Berik. Untuk asal mula penamaan dukuh lamban yaitu karena adanya kematian turonggo yang tidak diketahui dengan cepat masyarakat disekitar tempat kematian turonggo. Masyarakat yang dianggap kurang cepat atau lamban dalam menghadapi suatu masalah membuat daerah tersebut dinamai dukuh lamban. Setelah diberi nama lamban, ketua dusun dukuh lamban yaitu mbah Slamet Rogosjati Asal mula penamaan dukuh jumput, daerah tempat tinggal masyarakatnya berada di antara jalan di desa Winong dan desa Gabus. Setelah ada kejadian dari masyarakat dari sebelah utara yang ingin mengakui lahan-lahan masyarakat jumput. Sehingga perebutan lahan pun terjadi, untuk merebut kembali lahan yang ingin diambil masyarakat dari utara. Masyarakat desa jumput, berpindah tempat atau menjumput tempat tinggalnya dari yang bertempat tinggal dipinggir jalan sampai menempati tempat yang menjadi lahan-lahan masyarakat jumput. Sehingga, daerah yang menjadi lahan-lahan masyarakat jumput dan sekarang ditempati dissebut dukuh jumput. Setelah diberi nama jumput, ketua dusun dukuh lamban yaitu mbah Raden Hadi. Setelah kejadian terbentuknya dukuh ronggo, lamban, dan jumput. Untuk menghormati perjuangan para sesepuh, warga desa Mintorahayu dalam setiap tahunnya membuat acara yang dinamai shodaqoh bumi. Acara tersebut dilakukan dengan bancaan yang membawa nasi ingkung per satu rumah untuk dibawa ke balai desa Mintorahayu. Shodaqoh bumi diperingati satu tahun sekali pada bulan apit, penyelenggaraan dukuh ronggo diperingati pada hari sabtu wage, penyelenggaran dukuh lamban diperingati pada hari rabu legi, dan penyelenggaran dukuh jumput diperingati pada hari rabu pon. Setelah bancaan tersebut, acara selanjutnya yaitu menampilkan tanggapan ketropak yang menceritakan asal usul desa atau kerajaan.